-->

CERITA MORAL FABEL “ SI SOMBONG BERTEKUK LUTUT”



Dalam sebuah rimba raya.
Hari menjelang pagi, burung-burung telah berkicau ramai.
Bersatuan bernyanyi memecah keheningan pagi.
Menggugah isi rimba untuk mulai berkarya.
Dipuncak sebatang pohon murai bernyanyi gembira.
Dibawah pohon singa terjaga dari tidurnya.
Ia masih mengantuk, sebab semalam mencari mangsa.
Maklumlah, karena dia malam hari berburu dan siang hari tidur nyenyak.
“Diam ! jangan menggangguku! “ bentak singa kepada murai.
“Tak bisa ! bukankah bila siang datang kita sambut dengan gembira, dan kita mulai bekerja” jawab murai lalu berkicau lagi.
“tolol! Burung kecil tak tahu aturan! Siang harus tidur dan malam mencari mangsa!” kata singa dengan marah.
Tra-la-la ! tra-la-la-la-la-la-la !sambil berkicau murai berloncatan diatas dahan.
“Diam ! berani kau menentang raja hutan?” seru singa dengan sombongnya.
“semua isi hutan sangat senang saya bangunkan dari tidurnya, bersama si ayam hutan, tetapi mengapa kau malah marah-marah?”
Singa bertambah marah, tangannya mengepak-epak batang pohon sambil membentak-bentak, “buka matamu lebar-lebar!semua takut kepadaku!tak ada yang dapat mengalahkan daku. Segenap isi rimba menyembahku ! mengapa kau hanya pandai menangkap belalang saja malahan membangkang?”
“waduh, waduh sombongnya!lihat saja nanti!” jawab murai terus terbang meninggalkan singa.
Dibawah sebatang pohon rapuh. Ribuan semut berderet-deret mengangkut makanan ke liang.
Mereka binatang yang rajin bekerja. Siang dan malam terus bekerja. Mereka tahu kewajiban masing-masing. Tak ada yang jadi pemalas. Makanan yang berat diangkutnya bersama-sama, mereka bergotong royong.
Murai datang menemui semut yang sedang bekerja, lalu menegur, “kawan, rajin sungguh bekerja!”
“o saudara murai. Apa kabar?agaknya ada perlu apa datang sepagi ini!” kata seekor semut dengan ramah.
“saya mengagumi kerajinanmu. Sepanjang hari kau tak pernah istirahat.”
“terima kasih saudara atas pujianmu itu, kau pun setiap pagi bernyanyi membangunkan binatang seisi hutan, bukankah itu juga perbuatan baik?”
“tidak semua menjadi senang saya bangunkan, baru saja singa marah kepadaku karena mendengar suaraku” jawab murai.
“terlalu, memang singa binatang yang congkak!” tanya murai.
“o dapat, dapat. Silahkan tunggu,saya menghadap” kata seekor semut.
Pemimpin semut menemui murai.
“selamat pagi murai ! agaknya ada perlu,” kata pemimpin semut.
“selamat pagi! Pagi ini singa marah-marah. Katanya segenap isi rimba harus tunduk kepadanya” kata murai.
“lalu apa maksudmu?”tanya pemimpin semut.
“kukira hanya kaulah yang dapat mengalahkan si sombong itu!” jawab murai.
“aku tak tahu maksudmu !” sahut pemimpin semut.
“kau binatang terkecil dan paling rukun didunia ini. Ke lubang terkelil kau bisa bukan?”kata murai menjelaskan.
“masuklah ke dalam telinga singa waktu dia tidur, gigitlah beramai-ramai!murai meneruskan.
Ribuan semut berbaris berderet-deret.
Murai terbang di atas mereka sebagai penunjuk jalan.
Tampak seperti sepasukan angkatan darat yang dilindungi oleh pesawat pemburu diatasnya.
Mereka menuju sarang musuh yang hendak diserang.
Dibawah sebatang pohon singa sedang tidur pulas. Semut berderet-deret mengelilinginya.
Diatas pohon murai bertengger dengan pandangan kemenangan.
Dengan hati-hati semut-semut merayap pada tubuh singa.
Beberapa ekor semut memasuki telinga kanan dan kiri singa itu.
Diatas pohon murai melihat dengan tersenyum geli.
Semut telah siap, tinggal menunggu komando saja dari dalam telinga.
Diatas pohon murai bernyanyi keras-keras. Singa terjaga, menguap.
“biadab burung busuk!pergi!”kata singa memaki-maki
“apa pedulimu. Saya senang disini!”jawab murai mengejek.
Singa akan menjawab tidak jadi, sebab kuping-nya gatal-gatal
Ia menggeleng-gelengkan kepala.
Tangannya mencakar-cakar kuping.
Diatas pohon murai tertawa geli.
Rupanya semut mulai menjalankan tugasnya.
Auuuum....Auuuum!
Singa mengaum-ngaum
Kadang-kadang tangannya mencakar-cakar
Ia mengeluh.
Semut-semut didalam telinganya itu sekarang mulai menggigit.
Sekarang singa menggosok-gosokkan telinganya pada pohon.
“hoaduuuh!” keluhnya
“lho jangan keras-keras, nanti pohonnya tumbang, malu raja berteriak haduh “ ejek murai.
“bagaimana sang raja? Itu tandanya masih ada yang melebihi engkau!” kata murai
“siapa? Siapa yang mengalahkan? Hoaduh!” tanya singa mengeluh
“sudahlah ! mengakulah kalah dan tobat. Nanti akan sembuh ! seru murai menasehati.
”ya, ya aku mengaku kalah ! tobat ! tobat! Cepat sembuhkan “ keluh singa dengan iba.
“pejamkan matamu rapat-rapat!jangan dibuka sebelum kuperintahkan!”kata murai
Singa memejamkan mata.
Murai bertengger diatas kepalanya.
Semut-semut keluar dari telinga singa
“lho. Lho jagan membuka mata dulu. Belum ada perintah! Sakit lagi kupingmu nanti!” seru murai.
Semut-semut telah keluar semua. Mereka segera menyelinap dibalik rumput dan semak.
“terima kasih murai!sekarang sudah sembuh” kata singa
“nah, singa! Sekarang kau tahu, engkau memang gagah dan kuat. Tetapi ingatlah didunia ini tak ada yang bisa melebihi seluruhnya, tak ada yang sempurna”kata murai

0 Response to "CERITA MORAL FABEL “ SI SOMBONG BERTEKUK LUTUT”"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel